Betapa inginnya kami, agar bangsa ini mengetahui
bahwa mereka lebih kami cintai dari pada diri kami sendiri
Kami berbangga, ketika jiwa kami gugur
Sebagai penebus bagi kehormatan mereka,
Jika memang itu tebusan yang diperlukan
atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan,
dan cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar
tidak sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini,
selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami,
memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami
betapa berat rasa di hati, ketika menyaksikan bencana yang mencabik-cabik bangsa ini,
sementara kita hanya menyerah pada kehinaan dan keputusasaan
Kami ingin agar bangsa ini mengetahui bahwa kami membawa misi yang bersih dan suci, bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu
Kami tidak mengharapkan sesuatu pun dari manusia, tidak mengharap harta benda atau imbalan lainnya
Tidak juga popularitas, apalagi ucapan terima kasih. 
Yang kami inginkan adalah terbentuknya dakwah Islam lebih baik bermartabat serta kebaikan dari Allah pencipta alam semesta..

Berkata dalam semu tak bernyawa,
pendam rasa, inilah katanya..
Jika memang benar apa adanya,
maka katakan apa yang kau punya..

Jika cinta hanya untuk dipercandakan,
maka Tuhan tak akan pernah ciptakannya,
Karena cinta adalah pengorbanan yang lewati masanya,

Lihatlah Muhammad bin Abdullah,
yang senantiasa mengingat orang-orang terkasihnya
bahkan tetap menyebutnya hingga akhir hayatnya
"ummati..ummati..ummati.."

Itulah cinta yang sesungguhnya, Akhi..
bersandar pada keimanan, bukan pada keinginan semata..
itulah cinta yang hakiki, akhi..
berkorban karena memperjuangkan ridho Allah sebagai tujuannya..

Bukankah Allah telah janjikan pada kita?
bahwa hanya dia yang baik pantas mendapat yang baik..
Bukankah Ali telah gamblang mencontohkan?
Menyimpan rasa dengan keimanan akan berbuah manis..

ya Akhi,
jangan pernah khwatir tulang rusukmu akan tertukar dengan yang lain,
karena sesungguhnya siapapun dia telah tertulis sejak dahulu,,
ya Akhi,
jangan pernah khawatir engkau akan kehilangan tulang rusuk pujaanmu,
karena sesungguhnya dirinya adalah cerminan dirimu...

ya Akhi,
janganlah mudah kau katakan cinta..
karena hati kami bukanlah sekuat baja..
belum lagi ditambah godaan setan yang tak berhenti mengganggu dengan semangat empat lima..
ya Akhi,
jika engkau mengaku sebagai saudara satu akidah kami,
maka jagalah kehormatanmu dan kehormatan kami,
ya Akhi,
jika engkau mengaku sebagai saudara satu perjuangan kami,
maka jagalah interaksimu dengan kami agar tak mengurangi keberkahan dakwah ini,,
ya Akhi,
jika kau mencintai salah satu dari kami karena cintamu pada-Nya, maka pinanglah kami dengan cara-Nya..
pantaskah kita, seseorang yang diamanahnya sebagai hamba Allah dan khalifah,
terseok-seok dalam masa lalu yang menyakitkan untuk dikenang?
pantaskah kita, terus berjalan di tempat atas luka yang begitu mendalam?
padahal dunia luar sana tak sabar untuk segera ditaklukan.

masa lalu,bukan untuk dilupakan, karena akan ada pelajaran besar di setiap tetesan-tetesannya.
tapi tidak juga untuk selalu diratapi, karena kita masih punya masa depan, yang kita tentukan hari ini.

selamat tinggal masa lalu, selamat datang masa depan!
sekalipun sakit lagi perih,
bahkan mungkin akan tetap berbekas,
aku tidak akan kembali masa lalu!

Allah tidak pernah tidur,
Allah tidak pernah lalai,
perhitungannya sangat detail.
dan, aku tidak pernah khawatir dengan masa depanku, karena semuanya hanya akan terjadi atas izin-Nya.
Rasanya, sudah tak asing lagi di telinga kita, bahwa pemuda seyogianya adalah agen perubahan.
Kata-kata itu bahkan telah terngiang-ngiang di telinga saya sejak saya aktif dalam organisasi di tingkat sekolah.
Itu adalah kondisi idealnya, tapi, coba kita lihat fakta pada hari ini?Benarkah pemuda menjadi agen perubahan?Atau, sebaliknya, menjadi agen kehancuran.

Ironis, memang. Bahkan sebelum saya menyentuh tercelup dengan warna Allah, melihat kondisi pemuda Indonesia saat ini. Yang dengan bangga berkiblat dengan barat, yang dengan bangga berlenggak-lenggok dengan busana serba minim, dan sebagainya. Padahal negeri ini terlalu indah, untuktidak diakui keindahan dan keelokannya. Terlalu indah untuk tidak diakui potensi yang begitu luar biasanya. Namun, ternyata sebagian besar pemuda hari ini, bahkan mencaci dan memaki negerinya sendiri. Sementara, mereka tak sadar, akan ada saham kesalahan mereka jika mereka tidak ikut melakukan perubahan dan perbaikan.

"orang-orang besar memulai kesukesannya dengan hal-hal kecil"
Begitu juga dengan kita, pemuda, pada hari ini. Menjadi agen perubahan bukanlah hal yang mudah. Tidak semudah membakar roti di sebuah panggangan. Butuh proses yang panjang, butuh kesabaran yang luar biasa, dan butuh strategi yang efektif dan efisien.
Jangan sampai, jargon-jargon agen perubahan hanya menjadi sebuah semangat jangka pendek, yang hanya memotivasi saat seminar-seminar, saat pelatihan-pelatihan, namun setelah itu menjadi kader-kader yang loyo dan tak lagi bergairah melakukan perubahan.
Itulah mengapa, semua dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil dan kontinu.
Selamat menjadi agen perubahan, semoga bukan sekedar jargon, tapi juga ideologi, karena nasib bangsa ini berada di tangan para pemudanya. Jika pemudanya hari ini hancur, tak bermoral, minim ideologi, tidak kreatif dalam bergerak, maka bersiaplah akan ada generasi yang lebih baik untuk menggantikan generasi sampah pada hari ini.
Tentu kita tidak mau, jika negeri ini diserahkan pada orang-orang yang berkualitas 'sampah' dan tentunya kita tidak mau kehilangan momentum untuk membawa negeri ini menjadi lebih baik.
wallahu'alam.